Sebelum acara inti “Hanta U’a Pua”
dilaksanakan di istana kesultanan Bima, pada tanggal 12 Rabiul Awal malam
diselenggarakan Dzikir Maulud di istana yang diikuti oleh Majelis Adat Dana
Mbojo, pejabat pemerintah serta masyarakat umum. Dzikir ini diadakan
memperingati hari Maulud Nabi Besar Muhammad SAW. Sembari Dzikir berlangsung,
oleh beberapa orang dilakukan kegiatan pengirisan daun pandan untuk membuat “bunga
bareka” yaitu pandan yang dicampur dengan kembang-kembang dan wangi-wangian
yang akan dibagikan kepada para peserta dzikir dan tamu.
Beberapa hari kemudian upacara adat Hanta
U’a Pua digelar dengan disaksikan oleh seluruh masyarakat Bima. Upacara Adat
Hanta U’a Pua ini merupakan iring-iringan Uma Lige yang diusung oleh
44 orang yang setia sudutnya berjumlah 11 orang yang menggambarkan keberadaan
44 kelompok masyarakat dari Mbojo yakni kelompok dou dana Mbojo sesuai
dengan jenis keahliannya, misalnya dari ngaji-kelompok yang menjadi guru
ngaji, dari bedi-kelompok untuk menjadi tentera. Uma lige
tersebut membawa penghulu melayu, yang mengantarkan rumpun bunga dolu 99
buah melambangkan 99 nama Allah Asmaul Husna dan sebuah Al-Quran untuk
disampaikan pada Sultan Bima. Iring-iringan penghulu Melayu terdiri dari empat
putri penari Lenggo Mbojo dan empat putra penari Lenggo Melaju
merupakan perpaduan seni budaya Bima dan Melayu. Diiringi pula oleh musik genda
Mbojo. Uma lige diusung hingga depan serambi istana dimana sultan dan
pembesar kerajaan dan tamu-tamu sudah menunggu.
Rombongan penghulu melayu kemudian
menyerahkan Bunga Dolu dan Al-Quran sebagai lambang perjanjian antara Sultan
pertama yang Masuk Islam Sultan Abdul Kahir dengan pendekar pembawa agama Islam
pertama di Bima yaitu Datuk Ribanda dan Datuk Ditiro. Penghulu Melayu merupakan
keturunan dari pendekar yang membawa Islam pertama kali di Bima.
Iring-iringan Uma Lige disambut Tari
Sere yang mengantar Uma Lige sampai ke tangga istana. Pada posisi depan
masuklah Jara Wera yang berlari kencang mendahului Uma Lige. Adapun sejarah
para penunggangnya adalah pendekar yang menunjukkan jalan serta mengantar para
datuk yang datang dari Makasar menuju Bima lewat Teluk Bima. Itulah sebabnya
Jara Wera berada di posisi paling depan. Dibelakang Jara Wera diikuti oleh Jara
Sara’u yaitu pasukan elit berkuda kesultanan Bima sebagai pengawal kehormatan.
Pasukan ini merupakan pasukan berkuda yang sangat terampil menunggang, mengatur
irama dan gerak langkah kuda. Di tengah halaman istana, kuda-kuda ini melakukan
antraksi mempertontongkan keterampilan seni menarinya. Kuda-kuda jantan yang
berdiri tegap ini dulunya pernah menari mengikuti irama tambur yang ditabuh
bertalu-talu.
Disusul pasukan prajurit perang
kesultanan Bima yang disebut Laskar Suba Na’e. Pasukan perang ini membawa
peralatan perang berupa tombak dan tameng sebagai simbol kesiapsiangaan pasukan
kerajaan mengamankan negeri. Dibelakang pasukan Laskar Suba Na’e berjalan Uma
Lige yang diiringi oleh keluarga besar Kampung Melayu, mereka adalah tamu
kehormatan dalam upacara adat ini. Setelah Uma Lige sampai di tangga istana
diturunkan lalu turunlah Penghulu Melayu untuk mengantarkan rumpun Bunga Telur
dengan Al-Quran yang diserahkan kepada Sultan Bima.
Setelah penyerahan Al-Quran lalu
digelar tari Lenggo Mbojo dan tari Lenggo Melaju dihadapa undangan disaksikan
masyarakat umum. Di akhir acara Bungan Dolu dibagikan oleh Sultan kepada
masyarakat Bima yang hadir sebagai simbol membagi berkah kepada rakyat
sekaligus menandakan kerajaan sangat peduli kepada kemakmuran rakyatnya. Dengan
berakhirnya pembagian Bunga Dolu ini, maka berakhir pulalah seluruh rangkaian
upacara Hanta U’a Pua.
Referensi:
1. Hj. Siti Maryam S. Salahuddin, selaku
ketua Majelis Adat Dana Mbojo
2. Majelis Adat Dana Mbojo, Upacara
Adat Hanta U’a Pua, 2007
3. Majelis Adat Dana Mbojo, Upacara
Adat Hanta U’a Pua, 2008
Coin Casino Review 2021 | Bonuses, Games, and Withdrawals
BalasHapusCoin Casino is an online gambling site with great 샌즈카지노 Bitcoin 인카지노 You can deposit your money in real-money currency and 바카라 use the CoinCoins bonus code:.